gue tuh suka mikir kejauhan. Pernah nggak melakukan hal yang sama? Padahal baru kejadian A, tapi udah mikir sampe Z. Belum ditambah turunannya setiap huruf. Terus kepikiran, tetiba sedih padahal belom kejadian. ribet banget lah pokoknya hidup ini hahaha. Ya sebenernya bagus kali ya buat waspada, apalagi kalo sudah punya keluarga, segala keputusan yang kita buat mau nggak mau akan berdampingan dengan keputusan keluarga juga. Maka dari yang sudah ribet, makin ribet lagi! 😱
Dari situ gue pasti langsung pengen buru buru lari ke zen moment gue.
Zen Moment itu bisa apa aja, bisa tempat, waktu, atau keadaan yang harus gue jalani. Biar selalu mikir bahwa gue nggak sendiri, bahwa biar ada yang namparin gue sambil bilang, "Woy , Wa. Hidup lo itu enak! Yuk bersyukur!"
ini beberapa dari zen moment yang gue bilang :
1. Saat Menaiki Transportasi Umum
Transportasi yang sering gue naiki setiap harinya udah pasti pada tau lah ya (haseekk haha), KRL, atau commuter line.
Alasan kenapa gue naik ini karena cepat dan praktis. I will always always prefer time more than comfortability XD
Tapi alasan lain kenapa gue memilih naik transportasi umum adalah untuk tetap selalu merasa bahwa masalah hidup gue gak ada apa apanya. Tetap mengetahui kalo gue adalah beruntung dengan kondisi saat ini. Sehat, punya keluarga untuk pulang setiap saat juga dapat pekerjaan yang baik , dan hal hal lainnya yang seakan mengingatkan gue untuk terus terus menundukkan kepala.
Di dalam kereta yang sangat akraaabb banget satu sama lain saking empet empetannya, gue sering mencuri dengar (ya sebenernya nggak mencuri sih, namanya cuma jarak 50 senti kalo gak kedengeran ya namanya gua budeg hahaha)
Mbak A : "Eh gimana kerjaan baru lo?"
Mbak B : "Alhamdulillah gaji gue gede banget lo disini. DUA JUTA! Akhirnya gue bisa nabung dikit dikit buat emak gue berangkat haji..."
😢
Atau ketika tiba tiba ada seorang Bapak tua pingsan dan ditolong orang beramai ramai.
"Eh eh kasih duduk kasih duduk! ada yang punya kayu putih nggak? kasih kasih!" Kata orang orang itu yang sibuk meng-estafet-kan balsam, minum dan sebotol minyak kayu putih. Banyak pertolongan ternyata di Jakarta yang kejam ini, kawan :)
Saat Bapak itu siuman, dia hanya bergumam lirih, "mungkin saya cuma kecapekan berdiri. Dari kemarin belum makan...."
ðŸ˜
Maka ketika gue 'hanya' punya masalah jalanan macet misalnya, atau teman di kantor yang menyebalkan, atau habis dimarahi atasan... gue akan sangat malu.
Betapa masalah gue nggak ada apa apanya dibandingkan perjuangan hidup mereka.
2. Belanja ke pasar tradisional, Beli Buku ke pasar loak, Beli mainan ke penjual mainan keliling/lokal.
Dengan gue berdaya pada pedagang lokal seperti ini, gue tahu gue bukan memberi keuntungan pada naik turunnya saham perusahaan yang mereka miliki, tapi gue memberi kesempatan untuk anak anak mereka meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi, atau sekedar les mengaji.
Gue tau, ilmu marketing mereka sedikit dibanding pesaing internasional atau bisnis keluarga kaya (makin kaya) kelas kakap, belum lagi modal yang cuma segitu segitunya, maka mungkin (walau tidak semua), masalah kualitas terkadang mereka belum dapat mengontrolnya dengan sempurna.
Tapi melihat suami istri dengan romantisnya saling bahu membahu melayani para pelanggan,
"Pak tolong ambilkan kentang sekilo. Bumbu dapur pak sama bawang merah setengah!"
Semua yang diambilkan beres dimasukkan ke dalam kantong belanja gue, sang istri secara sigap menghitung,
"dua dua... empat.. empat belas.. delapan.. semua sembilan puluh dua bu!" Katanya bagaikan nggak butuh kalkulator. dan BETUL! hahahaha
Thats my relationship goal.
Penjual mainan keliling pun begitu. Barang yang mereka miliki mungkin tidak selalu mengikuti tren terkini. Nggak ada lego, karakter little pony atau pasir sintetis. Tapi mereka punya "orang orangan" ! Bola bekel! karet yang kalo disusun kita bisa main lompat karet. Mainan yang kembali memanggil waktu kemarin... seakan tidak pernah lekang, lalu kita dengan bangganya bilang,
"Dulu Ibu jago lo main ini!"
Lalu Kakak Adia dan Adik Carra akan menjadi semangat , "Kakak mau juga ah jago main ini!"
Thats my relationship goal also.
3. Follow The Right Person Who Influenced You The Right Way
Bisa ibumu, Mentormu, Boss, Sahabatmu, bahkan orang di instagram yang kamu rasa baik buat hidupmu.
Kalo gue sendiri.. ibu gue jelas... Boss gue pasti... banyak yang bisa dipelajari (makanya mereka jadi boss haha)
Kayak ada satu kalimat dari boss gue yang suka gua ingat dan gue jadian pegangan,
"Selalu bekerja menggunakan hati. Gaji/Bonus itu urusan Tuhan."
Lalu, orang di Instagram yang gue follow dan suka akan 'captionnya' dalam membentuk Zen Moment gue salah satunya adalah @mayaseptha7. Cobain cek deh. She's not just an artist. But she's a good human being and it has influenced me the right way.
Jadi kalo misalnya lagi banyak pikiran, tiba tiba gue suka tuh unfollow orang terkenal /online shop yang menurut gue hanya menebar 'racun' dalam tubuh gua. Jadi apa yang gue baca, dan gue lihat dapat secara nggak langsung memberi kebaikan untuk membentuk pemikiran dan keputusan" gue.
Kayaknya so far itu, tiga itu yang lumayan efektif membuat gue lumayan berdamai dengan lebaynya hidup gua. hahaha
My Forever life quote. Mari kita bentuk lingkungan baik sehingga menciptakan reaksi yang baik juga! |
Post a Comment