Bukunya sendiri tebal banget, semester pertama terdiri dari 8 halaman sendiri. Pelaporan perkembangan akademisnya menggunakan sistem penilaian kualitatif untuk setiap kemampuan dengan menggunakan empat kategori yaitu : Perlu Peningkatan, Mulai Berkembang, Berkembang Dengan Baik, Menguasai dan yang terakhir adalah Berbakat.
Buku laporan pendidikan ini juga dilengkapi dengan catatan guru yang secara deskriptif menjelaskan perkembangan Adia dalam hal akademis juga karakternya. Sumber penilaiannya terdiri dari pengamatan sehari hari di dalam kelas yang direkam dalam catatan hasil belajar harian (termasuk hasil karya) dan anecdotal record, serta hasil evaluasi tertulis.
Hah? Anecdotal Records? Gue baru denger tuh...
Menurut sumber yang sudah gue masukkan pada link diatas,
Anecdotal Records adalah sebuah observasi yang ditulis seperti layaknya sebuah cerita pendek. Mereka adalah beberapa penjelasan deskriptif dari beberapa kejadian yang penting dari seorang murid. Anecdotal Records itu biasanya pendek, obejctive dan diharuskan untuk akurat.
Hal ini ada template khusus dan dilakukan secara regular pada setiap anak. Wow!
Langsung kebayang bikin pencatatan seperti ini pasti tidak mudah, apalagi sekolah Adia kan nggak ada PR dan ulangan ya. Nggak ada ukuran pasti seperti angka (maka dari itu nggak ada sistem ranking juga disini). Gue jadi makin kagum dengan metode yang dijalankan. Beda banget sama selama ini gue sekolah dimana angka yang paling tinggi jadi ranking 1, angka paling rendah jadi urutan terakhir, gampang bener! haha
Purposes of Anecdotal Records |
Oke move on dari betapa noraknya gue akan Anecdotal records hahaha. Berikut ini adalah rupa isi dari buku laporan Adia :
Kayak gini buku laporannya. |
Isi dari setiap Subject. Ini dari Subject Bahasa Indonesia |
Ini dari pelajaran kesukaannya Adia so far, Matematika. |
Agama Islam! yeay! |
Adia butuh belajar banyak dalam olahraga dan seni. Wali kelasnya bilang Adia juga perlu untuk lebih fokus dan teliti dalam mengerjakan suatu aktifitas. Juga kepercayaan diri, Adia agak susah bilang "tidak" dalam mengekspresikan ketidak sukaannya akan sesuatu. Ibu Gurunya juga menambahkan, kalo misalnya saya panggil mau ngobrol, Adia sudah takut duluan dan khawatir takut berbuat salah.
"Padahal saya cuma mau minta tolong ambilin gunting loh, bu."
HAHAHAHA ADIAAA.
Intinya gue bersyukur di semester satu ini, Adia dapat belajar banyak akan sebuah proses dalam mencapai sesuatu. Dia nggak lagi marah marah kalo nggak berhasil, nggak menyerah kalo belum bisa, menangisnya (sedikiiittt) berkurang saat gagal :D
Gue juga senang saat ini Adia begitu senang untuk berangkat ke sekolah, dia bangun pagi sendiri, sarapan lalu mandi tepat pada waktunya, bahkan jika ayahnya terlalu lama dia akan terus bilang :
"Ayo Ayah.. Jangan sampai terlambat! Adia pengen cepat cepat sampai ke sekolah!"
Adia menemukan bahwa kebahagiaannya untuk belajar sama besarnya dengan kebahagiaannya dalam bermain. dan itu semua dilakukan di sekolah.
That's all that matters 💙
Post a Comment