2D1N Itinerary in Ciwidey - Glamping Lakeside Rancabali

Minggu lalu gue sempet cuti 3 hari soalnya mbak di rumah pulang kampung. Pengen banget ke Bandung, tapi ingin sesuatu yang berbeda nggak pengen sama kayak sebelumnya. Akhirnya kita coba GLAMPING atau kepanjangan dari Glamourous Camping. Bisa dilihat dari namanya, glamping ini adalah camping tapi kayak di hotel lengkap dengan fasilitas toilet pribadi dan air hangat. Sebenernya kita gak masalah tidur dimana aja, tapi masalah kebersihan toilet itulah ... yang bikin kita mikir 10 kali kalo suatu hari akan mencoba kamping beneran. hahaha

Pilihan kita jatuh pada dua nama yang sudah tidak asing didengar di telinga dunia 'per-glamping-an': Glamping Legok Kondang dan Glamping Lakeside Rancabali.
Untuk reservasi, memang harus agak sedikit usaha dibandingkan tempat lainnya, gak bisa ditemukan di layanan pemesanan hotel kayak Traveloka atau Booking com biasa pokoknya. Kita harus ke instagramnya dan whatsapp nomer yang terdapat di bio instagram tersebut. Tapi pas gue whatsapp sih dua duanya cepat merespon.


Karena pertimbangan harga, awalnya kami memilih Legok Kondang, walau sebenarnya hati gue agak ragu karna toilet yang terpisah dari kamar, juga diperlukan kendaraan khusus lagi dari tempat parkir ke penginapan. Untungnya alam semesta seakan menjawab keraguan gue, Legok Kondang kamarnya penuh! hahaha. So Rancabali Lakeside here we go!

Terlampir berikut harga juga informasi kontak dari Legok Kondang juga Rancabali Lakeside yah!






Glamping di Rancabali ini terletak di pingir Danau Situ Patenggang, tepatnya di dekat area batu Cinta. Awalnya gue kira Ciwidey ini letaknya di atas Lembang, taunya salah besar pemirsa! Keluar tolnya aja beda! hahaha. Jadi kita keluar tol Kopo-Soreang lalu lanjut keatas kayak ke arah Kawah Putih. Ya ampunnn sudah lama banget berarti gue nggak ke daerah Bandung Selatan ini. Alhamdulilah perjalanan kesana nggak macet , indah sekali juga dingin, kita pun mematikan AC dalam mobil dan menikmati udara pegunungan yang sejuk.

Jalan masuk ke dari gerbang Lakeside Rancabali menuju area perkemahan ternyata cukup jauh dan berliku, apalagi waktu kami sampai yaitu pukul 5.30, kabut tipis mulai menyelimuti jarak pandang, jadilah kami kesasar. hahaha. Tapi pemandangan membelah kebun teh PTPN membuat kami terus terpesona sepanjang perjalanan. Setelah menelpon mang aris , mereka langsung sigap menjemput kami untuk datang ke lobby mengambil extra sleeping bed khawatir makin malam suhu akan semakin dingin. Suhu sore itu memang sudah menyentuh sekitar 19 derajat, lumayan lah berasa sedikit  Winter Holiday nya haha.

Sampai di Rancabali Lakeside, kesan pertama yang kami lihat dan rasakan (apalagi setelah mengecek toiletnya) adalah, NYAMAN! BERSIH! WATER HEATER LANCAR! BAGUS! YAY 💙

Kami menghabiskan malam dengan makan malam, bercerita, bernyanyi lagu favorit kami a Million Dreams dr film The Greatest Snowman juga menikmati api unggun layaknya kamping betulan.
Toilet dari Glamping Lakeside
Kamar dari Glamping Lakeside
Sunset at The Situ Patenggang Lakeside from our room. Mataharinya ketutup kabut 😅
Bonfire!

Pagi harinya kita bangun. Shalat subuh lalu menikmati sunrise di pinggir danau. Indah banget 💚 Anak anak pun semangat bangun pagi lalu mereka gambar gambar di pinggir danau. Iya, kan disini nggak ada TV... jadi selama 2 hari satu malam mereka puasa nonton TV deh. Tapi Wifi kenceng juga kok untuk update IG Story haha.

Suasana pagi di sekitar tenda

Highlight of the Rancabali Lakeside : Kapal Phinisi!
Phinisi Resto ini sebenarnya dibuka untuk umum, namun tentu saja yang menginap mendapatkan fasilitas untuk sarapan disini. Plus masih sepi! Jadi puas deh foto foto 😊

Sarapan di kapal Phinisi

Paket sarapan disini boleh dibilang cukup lengkap. Ada Egg Station favorit anak anak, ada nasi lengkap dengan lauk pauk, juga roti bakar dan selai plus bubur kacang hijau dan ketan hitam. Jika kita meminta, sarapan pun sebenarnya bisa diantar ke kamar, namun rugi rasanya jika kita nggak menikmati pemandangan pagi dari atas Kapal Phinisi ini.

Indah banget!

Puas menikmati sarapan luar biasa di atas kapal Phinisi, kami berlanjut menikmati fasilitas rekreasi penginapan yaitu Taman Kelinci! Masuknya gratis, kami cukup membeli pakan untuk kelinci seharga IDR 5000 jika ingin. Kelincinya juga baik dan cukup jinak. Mudah saja mengelus mereka dan membuat mereka berkumpul bersama kami.



Bermain bersama kelinci selesai maka kami bergerak lagi. Kali ini tujuannya adalah naik perahu untuk menikmati langsung keindahanan Danau Situ Patenggang. Anak anak sudah ribut ingin melihat yang namanya Batu Cinta. Dari semalam mereka berencana untuk melihat Bagol mencium gue di atas batu legenda itu lalu mengabadikannya dalam sebuah foto. kok kalian pinter bikin cerita sinetron sih, anak anak? Monmaap hal itu nggak bakal kejadian. hahahaha.

Jadi Situ dalam bahasa Sunda itu artinya danau, semenara Patengan/Patenggang berasal dari kata pateang-pateangan yang artinya adalah saling mencari.
Pemberian nama Patengan tersebut berdasarkan kisah legenda yang berkembang di sana, dimana cinta Putra Prabu dan Putri titisan Dewi yang besar bersama alam, Ki Santang dan Dewi Rengganis. Mereka berpisah untuk sekian lamanya. Namun karena  cinta mereka yang begitu dalam, mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di suatu tempat yang sekarang dinamakan 'Batu Cinta'.
Dewi Rengganis pun minta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama.

Maka berlayarlah kami mengikuti napak tilas cinta Dewi Rengganis dan Ki Santang itu hahaha. Proses negosiasi untuk harga perahu juga termasuk alot. Harga perahu kita adalah 150,000 untuk disewa privat 4 orang saja dengan waktu bebas. Awalnya mereka mematok harga 35,000/orang namun harus menunggu 10 orang baru bisa jalan. Sebenarnya, nurani emak emak gue masih terusik untuk berfikir bahwa harusnya bisa lebih murah lagi 😂

Banyak orang menorehkan namanya di di batu ini kayak bakalan langgeng aja tanpa ada usaha #TetepSkeptisSamaHalKayakGini LOL
Kita berhenti di seberang danau lalu berjalan mengikuti jalan setapak yang memutar

Napak tilas selesai, kami pun kembali ke dunia asal --> santai santai di kamar. hahaha. 
Seiring bertambahnya usia mereka, anak anak lebih kooperatif untuk diajak bersiap siap. Biasanya gue yang akan packing barang , lalu Bagol yang melakukan pengecekan akhir karena biasanya adaaa aja sesuatu yang suka ketinggalan.

Sebelum keluar dari area glamping, kita menyempatkan jajan di Bis Bekas Tidak terpakai yang diubah menjadi warung warung jajanan khas Bandung. Lokasinya tepat di luar restaurant Phinisi. Lucu ya idenya! Semangkuk cuanki hangat menutup kenangan kita di Glamping Rancabali hari itu.



Kami pun turun ke bawah dan mengagendakan petualangan selanjutnya bersama anak anak. Ada beberapa kawasan wisata lain di Ciwidey ini, kami memilih dua dari pilihan tersebut. Pilihan pertama kami jatuh pada Penangkaran Rusa : Kampung Cai Ranca Upas

Ranca Upas inilah yang merupakan perkemahan sebenarnya. hahaha.
Memiliki luas sekitar 215 hektar, bumi perkemahan Ranca Upas berdiri dibawah naungan perusahaan Hutan Indonesia atau PERHUTANI yang merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara. Kawasan ini termasuk ke dalam kawasan hutan lindung yang terdapat beberapa tumbuhan langka seperti pohon Huru, Hamirug, Jamuju, Kihujan, Kitambang, Kurai, Pasang dan Puspa. Di kawasan ini juga terdapat beberapa binatang yang susah untuk ditemukan.

Selain penangkaran Rusa, Ranca Upas juga memiliki fasilitas lain seperti permainan dan outbond.

Pada kesempatan ini kami memilih ditemani pawang rusa agar keselamatan anak anak terjaga. hahaha. Lumayan kan, dengan membayar IDR 50,000 kami bisa mendapatkan beberapa foto cantik dengan banyak rusa mengelilingi kami.




Petualangan kedua yang belum pernah kami rasakan sebelumnya dan ingin kami coba kali ini adalah : Memetik Strawberry langsung dari Kebunnya!

Fasilitas ini sebenarnya bisa kami dapatkan di Glamping Lakeside, namun ketika kami ingin mencoba, seorang ibu paruh baya menjulurkan lehernya segera, "Strawberrynya habis, neng!"
yaaahhh... anak anak kecewa... 

Sebagai penggemar Strawberry garis keras, si anak Aries adik Carra bertanya konsisten dalam  beberapa waktu sekali kapan kita akan memetik buah Strawberry. Akhirnya saat ini tiba juga ya, dek. XD

Cukup banyak kok kebun Strawberry yang bisa kita singgahi di daerah Ciwidey. Biayanya sendiri dihitung perkilo kemarin, satu kilonya Delapan Puluh Ribu Rupiah. Sudah ambil banyak sekali ketika ditimbang, ternyata garis pengukur hanya bergerak ke angka setengah kilo saja 😉





Anak anak gembira sekali berlarian di kebun menemukan Strawberry yang layak untuk dipetik. Walaupun tetap saja gue yang bantuin mencari sambil sesekali memakan langsung buahnya hahaha. Segar banget!

Tanpa terasa waktu sudah menujukkan pukul 2 siang... Mari kita cari tempat makan siang yang seru!
Ketemulah tempat ini : Rest Area Pujasera Pasir Jambu namanya. Tempat makannya kayak pendopo  di sebuah pematang sawah. Asri banget dan sangat memanjakan mata 😍


Cara memanggil pelayanya cukup memukul kentongan layaknya seorang petugas Siskamling XD

Jalan menuju pendopo juga berliku dan terdapat beberapa jembatan kecil seperti ini.  
Menu makanannya.. slurrrpp.. sangat beragam!
Adia memesan Sop Buntut, Carra Mie Yamien Manis, dan gue : Semangkuk Lontong Sayur Kari

Di restoran ini pun toiletnya sangat bersih dilengkapi dengan mushalla yang terawat.
Penutup sempurna petualangan kami di Ciwidey hari itu 💚

Post a Comment

My Instagram

Made with by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates